Sabtu, 16 Januari 2016

megalitikum

Sejarah Indonesia MEGALITHIKUM MEGALITHIKUM • Zaman Megalitikum biasa disebut dengan zaman batu besar, karena pada zaman ini manusia sudah dapat membuat dan meningkatkan kebudayaan yang terbuat dari batu-— Kata Megalithikum berasal dari Megalitik yang berasal dari kata mega yang berarti besar, dan lithos yang berarti batu.—4. Apa itu zaman Megalithikum? • 5. Ciri-ciri- Manusia sudah dapat menghasilkan kebudayaan yang terbuat dari batu- batu besar- Manusia sudah mengenal kepercayaan utamanya yaitu animisme • Upacara kematian yang kompleks dan hubungan antara manusia di dunia dengan leluhur yang sudah mati— Anggapan benda-benda atau peralatan diyakini sebagai bekal seseorang setelah mati, sehingga dikubur bersama jenazah dalam kubur batu— Pemahaman tentang kehidupan sesudah mati dan pemujaan roh—6. Latar belakang munculnyakebudayaan megalitikum • Dinamisme Kepercayaan kepada kekuatan gaib yang terdapat pada benda-benda tertentu, misalnya pada pohon, batu besar, gunung, gua, azimat dan benda-benda lain yang dianggap keramat.—7. Kepercayaan yang dianut padazaman Megalithikum • 8. Contoh dinamisme : Menyembah batu • Animisme Kepercayaan kepada roh nenek moyang atau leluhur. Mereka percaya, manusia setelah meninggal rohnya tetap ada dan tinggal ditempat- tempat tertentu dan harus diberi sesajen pada waktu-waktu tertentu.—9. • 10. Contoh Animisme : ritual memanggil roh • 11. Artefak peninggalan zamanmegalithikum • 1.Menhir • Menhir adalah bangunan yang berupa tugu batu yang didirikan untuk upacara menghormati roh nenek moyang. Lokasi tempat ditemukannya menhir di Indonesia adalah Pasemah (Sumatera Selatan), Sulawesi Tengah dan Kalimantan. • Tempat menampung kedatangan roh§ Tempat memperingati seseorang (kepala suku) yang telah meninggal § Sarana pemujaan terhadap arwah nenek moyang § Fungsi Menhir adalah sebagai berikut : —12. • . 2. Punden Berundak-undak • Punden berundak-undak adalah bangunan dari batu yang bertingkat- tingkat dan fungsinya sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal. Lokasi tempat penemuannya adalah Lebak Sibedug/Banten Selatan dan Lereng Bukit Hyang di Jawa Timur • 3.Dolmen • Dolmen merupakan meja dari batu yang berfungsi sebagai tempat meletakkan saji-sajian untuk pemujaan. Lokasi penemuan dolmen antara lain Cupari Kuningan / Jawa Barat, Bondowoso / Jawa Timur, Merawan, Jemb • 4.Sarkofagus • Sarkofagus adalah keranda batu atau peti mayat yang terbuat dari batu. Bentuknya menyerupai lesung dari batu utuh yang diberi tutup. Daerah tempat ditemukannya sarkofagus adalah Bali. • . Proses penguburan di zamanMegalithikum • Peti kubur adalah peti mayat yang terbuat dari batu-batu besar. Kubur batu dibuat dari lempengan/papan batu yang disusun persegi empat berbentuk peti mayat yang dilengkapi dengan alas dan bidang atasnya juga berasal dari papan batu. Daerah penemuan peti kubur adalah Cepari Kuningan, Cirebon (Jawa Barat), Wonosari (Yogyakarta) dan Cepu (Jawa Timur). • Arca batu Arca / patung-patung dari batu yang berbentuk binatang atau manusia. Bentuk binatang yang digambarkan adalah gajah, kerbau, harimau dan moyet. Sedangkan bentuk arca manusia yang ditemukan bersifat dinamis. Maksudnya, wujudnya manusia dengan penampilan yang dinamis seperti arca batu gajah. Fungsi untuk Penghormatan terhadap tokoh yang disukai. Daerah-daerah sebagai tempat penemuan arca batu antara lain Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Arca batu juga di temukan di Sumatra Selatan dan di teliti oleh Von Heine Geldern. • Waruga adalah peti jenazah kecil yg berbentuk kubus dan ditutup dengan batu lain yg berbentuk atap rumah dan merupakan peninggalan budaya minahasa. Banyak ditemukan di Minahasa. • Yang menempati waruga biasanya adalah tokoh, panglima perang atau para dotu-dotu, pemimpin (yang merintis pemukiman baru). Jadi mereka yang dituakan atau dihormati sebagai tokoh di negeri tersebut. Jadi tidak semua orang bisa dikuburkan di dalam waruga. Menurut sejarah Minahasa, diperkirakan bahwa waruga-waruga ini telah ada sejak abad ke 4 sampai abad ke 6. Fungsi utama waruga adalah sebagai kuburan. Di samping tulang belulang atau mayat, alat-alat perang seperti wengkow (tombak), kelung (parang dan perisai) disimpan juga di dalam waruga.. • Peranan solidaritas ini tertanam dalam hati setiap orang sebagai warisan yang telah berlaku sejak nenek moyang. Kehidupan dalam masyarakat masa perundagian memperlihatkan rasa solidaritas yang kuat. Kebudayaan megalithikum adalah kebudayaan yang menghasilkan bangunan-bangunan dari batu besar yang muncul sejak zaman Neolithikum. . Sosial Budaya • Pada masa ini sudah ada kepemimpinan dan pemujaan kepada sesuatu yang suci diluar diri manusia yang tidak mungkin disaingi serta berada diluar batas kemampuan manusia. Adat kebiasaan dan kepercayaan merupakan pengikat yang kuat dalam mewujudkan sifat itu. Akibatnya, kebebasan individu agak terbatas karena adanya aturan-atauran yang apabila dilanggar akan membahayakan masyarakat.. • Nias. Etnik Nias masih Pasemah merupakan wilayah dari Propinsi Sumatera Selatan. Tinggalan megalitik Pasemah muncul dalam bentuk yang begitu unik, patung-patung dipahat dengan begitu dinamis dan monumental, yang mencirikan kebebasan sang seniman dalam memahat. Budaya megalitikum diIndonesiah menerapkan beberapa elemen megalitik dalam kehidupannya. Contohnya Rangkaian kegiatan mendirikan batu besar (dolmen) untuk memperingati kematian seorang penting di Nias. • Sumba. Etnik Sumba di Nusa Tenggara Timur juga masih kental menerapkan beberapa elemen megalitik dalam kegiatan sehari-hari. Kubur batu masih ditemukan di sejumlah perkampungan. Meja batu juga dipakai sebagai tempat pertemuan adat.. • Pada teknologi pembuatan gerabah misalnya, ternyata di samping membuat untuk keperluan sehari-hari, mulai dilakukan juga pembuatan gerabah yang bernilai seni dan ekonomis. Pada bidang teknologi, di samping berusaha menciptakan perkakas untuk keperluan sehari-hari, kemudian mengalami kemajuan dengan mulai diciptakannya benda-benda yangbernilai estitika dan ekonomis. IPTEK • Keragaman bentuk dan motif hias gerabah Indonesia ini kemudian memunculkan beberapa kompleks pembuatan gerabah yang sangat menonjol, antara lain kompleks gerabah Buni, (Bekasi), komplek gerabah Gilimanuk (Bali), dan kompleks gerabah Kalumpang (Sulawesi Selatan). • Menurut Von Heine Geldern, kebudayaan Megalithikum menyebar ke Indonesia melalui 2 gelombang yaitu : ◦ • Megalith Tua menyebar ke Indonesia pada zaman Neolithikum (2500-1500 SM) dibawa oleh pendukung Kebudayaan Kapak Persegi (Proto Melayu). Contoh bangunan Megalithikum adalah menhir, punden berundak-undak, Arca-arca. Ciri-ciri : Peninggalannya bersifat monumental (bersifat menimbulkan kesan Peringatan. Penyebaran KebudayaanMegalithikum di Indonesia • Megalith Muda menyebar keIndonesia pada zaman perunggu(1000-100 SM) dibawa oleh pendukung Kebudayaan Dongson(Deutro Melayu). Contoh bangunan megalithnya adalah peti kubur batu, dolmen, waruga, Sarkofagus dan arca-arca dinamis. • Adalah sebuah upacara pemakaman bagi keturunan raja di Nias Selatan. Di dalam upacara ini, tarian Maluaya ditarikan dibawah pimpinan desa Shaman, peti mati diukir dari batang kayu pohon dan ukiran kepalanya dihiasi dengan sebuah batang kayu untuk memperlihatkan dasarnya setelah itu jenazah tersebut dikuburkan. Famadaya Hasijimate (Siulu)– Ritual memanggil roh : menurut kebudayaan Nias. Mereka menggunakan sebuah tarian yang bernama Mandau Lumelume untuk memanggil roh. . • Waruga berfungsi untuk mengubur beberapa individu atau sebagai kuburan keluarga. KEPERCAYAAN ZAMAN MEGALITH Sejalan dengan perkembangan kehidupan manusia, maka masyarakat Indonesia sebelum adanya pengaruh Hindu-Buddha juga telah mempercayai adanya kekuatan di luar diri mereka. Hal ini juga tidak terlepas dari kehidupan mereka. Mereka hidup dari berladang dan bersawah. Dalam mengolah/mengerjakan ladang atau terutama sawah harus ada kerjasama diantara mereka, seperti gotong royong membuat parit, membuat pintu air, bahkan mendirikan rumah. Kehidupan ini hanya dapat berjalan dalam masyarakat yang sudah teratur, yang telah mengetahui hak dan kewajibannya. Ini berarti telah ada organisasi dan yang menjadi pusat organisasi ialah desa dan ada aturan-aturan yang harus dipatuhi bersama. Kepentingan desa berarti kepentingan bersama. Dalam suasana untuk saling memahami, saling menghargai, tolong menolong dan bertanggung jawab, maka muncullah faktor baru, yakni pemimpin (ketua desa/datuk). Yang memegang pimpinan adalah ketua adat, yang dianggap memiliki kelebihan dari yang lain. Ia harus melindungi anggotanya dari serangan kelompok lain, atau ancaman binatang buas sehingga tercipta kemakmuran, kesejahteraan dan ketentraman. Pemimpin bekerja untuk kepentingan seluruh desa, maka masyarakat berhutang budi kepada pemimpinnya. Sifat kerja sama antara rakyat dan pemimpinnya membentuk persatuan yang kuat, memunculkan kepercayaan, yakni memuja roh nenek moyang, memuja roh jahat dan roh baik bahkan mereka percaya bahwa tiap-tiap benda memiliki roh. Dengan demikian muncullah Animisme, Dinamisme, dan Totemisme. a. Animisme Setiap benda baik hidup maupun mati mempunyai roh atau jiwa. Roh itu mempunyai kekuatan gaib yang disebut mana. Roh atau jiwa itu pada manusia disebut nyawa. Nyawa itu dapat berpindah-pindah dan mempunyai kekuatan gaib. Oleh karena itu, nyawa dapat hidup di luar badan manusia. Nyawa dapat meninggalkan badan manusia pada waktu tidur dan dapat berjalan kemana-mana (itulah merupakan mimpi). Akan tetapi apabila manusia itu mati, maka roh tersebut meninggalkan badan untuk selama-lamanya. Roh yang meninggalkan badan manusia untuk selama-lamanya itu disebut arwah. Menurut kepercayaan, arwah tersebut hidup terus di negeri arwah serupa dengan hidup manusia. Mereka dianggap pula dapat berdiam di dalam kubur, sehingga mereka ditakuti. Bagi arwah orang-orang ter- kemuka seperti kepala suku, kyai, pendeta, dukun, dan sebagainya itu di- anggap suci. Oleh karena itu, mereka dihormati; demikian pula nenek moyang kita. Dengan demikian timbullah kepercayaan yang memuja arwah dari nenek moyang yang disebut Animisme. Karena arwah itu tinggal di dunia arwah (kahyangan) yang letaknya di atas gunung, maka tempat pemujaan arwah pada zaman Megalitikum, juga dibangun di atas gunung/bukit. Demikian pula pada zaman pengaruh Hindu/Buddha, candi sebagai tempat pemujaan arwah nenek moyang atau dewa dibangun diatas gunung/bukit. Sebab menurut kepercayaan Hindu bahwa tempat yang tinggi adalah tempat bersemayamnya para dewa, sehingga gambaran gunung di Indonesia (Jawa khususnya) merupakan gambaran gunung Mahameru di India. Pengaruh ini masih berlanjut juga pada masa kerajaan Islam, di mana para raja jika meninggal di makamkan di tempat-tempat yang tinggi, seperti raja-raja Yogyakarta di Imogiri dan raja-raja Surakarta di Mengadek. Hubungannya dengan arwah tersebut tidak diputuskan melainkan justru dipelihara sebaik-baiknya dengan mengadakan upacara-upacara selamatan tertentu. Oleh karena itu, agar hubungannya dengan arwah nenek moyang terpelihara dengan baik, maka dibuatlah patung-patung nenek moyang untuk pemujaan. b. Dinamisme Istilah dinamisme berasal dari kata dinamo artinya kekuatan. Dinamisme adalah paham/kepercayaan bahwa pada benda-benda tertentu baik benda hidup atau mati bahkan juga benda-benda ciptaan (seperti tombak dan keris) mempunyai kekuatan gaib dan dianggap bersifat suci. Benda suci itu mem- punyai sifat yang luar biasa (karena kebaikan atau keburukannya) sehingga dapat memancarkan pengaruh baik atau buruk kepada manusia dan dunia sekitarnya. Dengan demikian, di dalam masyarakat terdapat orang, binatang, tumbuh-tumbuhan, benda-benda, dan sebagainya yang dianggap mem- punyai pengaruh baik dan buruk dan ada pula yang tidak. Benda-benda yang berisi mana disebut fetisyen yang berarti benda sihir. Benda-benda yang dinggap suci ini, misalnya pusaka, lambang kerajaan, tombak, keris, gamelan, dan sebagainya akan membawa pengaruh baik bagi masyarakat; misalnya suburnya tanah, hilangnya wabah penyakit, me- nolak malapetaka, dan sebagainya. Antara fetisyen dan jimat tidak terdapat perbedaan yang tegas. Keduanya dapat berpengaruh baik dan buruk ter- gantung kepada siapa pengaruh itu hendak ditujukan. Perbedaannya, jika jimat pada umumnya dipergunakan/dipakai di badan dan bentuknya lebih kecil dari pada fetisyen. Contohnya, fetisyen panji Kiai Tunggul Wulung dan Tobak Kiai Plered dari Keraton Yogyakarta. c. Totemisme Adanya anggapan bahwa binatang-binatang juga mempunyai roh, itu disebabkan di antara binatang-binatang itu ada yang lebih kuat dari manusia, misalnya gajah , harimau, buaya, dan ada pula yang larinya lebih cepat dari manusia. Pendeknya, banyak yang mempunyai kelebihan-kelebihan di- bandingkan dengan manusia sehingga ada perasaan takut atau juga meng- hargai binatang-binatang tersebut. Sebaliknya, banyak pula binatang yang bermanfaat bagi manusia, seperti kerbau, sapi, kambing, dan sebagainya. Dengan demikian, hubungan antara manusia dengan hewan dapat berupa hubungan permusuhan berdasarkan takut-menakuti dan ada pula hubungan baik, hubungan persahabatan bahkan hubungan keturunan (totemisme). Itulah sebabnya pada bangsa-bangsa di dunia terdapat kebiasaan menghormati binatang-binatang tertentu untuk dipuja dan dianggapnya seketurunan. Berkaitan dengan macam-macam kepercayaan tersebut di atas, bagai- manakah sistem kepercayaan di masyarakat sekitar Anda? Masih adakah kepercayaan seperti tersebut? Berikan ulasan Anda! Megalitikum berasal dari kata “mega” yang berarti besar dan “litik” yang berarti batu jadi jika di artikan, megalitikum adalah zaman batu dimana manusia yang pada saat itu hidup dengan peralatan yang terbuat dari batu besar yang kasar. Dulu masyarakat di zaman ini memiliki kehidupan yang sangat primitif, mereka membuat alat perkakas yang terbuat dari batu besar yang kasar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kemudian zaman megalitikum berkembang dari zaman Neolitikum sampai zaman Perunggu, pada tradisi megalitik batu tegak itu melambangkan “laki-laki” sedangkan batu datar melambangkan “perempuan” Zaman Megalitikum ini terdapat 2 periode yaitu zaman batu tua dan zaman batu muda, zaman batu tua menyebar ke Indonesia pada zaman Neolitikum (2500-1500 SM) yang menghasilkan peninggalan-peninggalan seperti kapak persegi, menhir, punden berundak, dan arca statis. Kemudian zaman batu muda mulai menyebar ke Indonesia pada zaman Perunggu (1000-100 SM) yang menghasilkan benda peninggalan seperti dolmen, waruga / sarkofagus dan arca dinamis dari sekian banyak peninggalan pada zaman batu tua dan zaman batu muda juga masih menggunakan batu kasar untuk membentuk benda-benda tersebut. Dari berbagai benda-benda atau bangunan yang dihasilkan atau dibuat oleh manusia pada saat itu memiliki fungsi yang berbeda yaitu: 1. Menhir adalah sebuah batu besar yang berdiri tegak di tanah yang digunakan untuk menyembah arwah nenek moyang, selain itu menhir juga sering digunakan untuk upacara penghormatan kepada roh nenek moyang. Menhir tak hanya berdiri tunggal tetapi juga ada yang berkelompok, ada pula menhir yang dibuat bersamaan dengan bangunan lain seperti punden berundak-undak. Di Indonesia tempat yang terdapat peninggalan benda ini adalah di Pasemah (Sumatera Selatan), Sulawesi Tengah dan Kalimantan. 1. 1. Dolmen adalah meja yang terbuat dari batu yang berfungsi untuk meletakkan sesajen yang dipersembahkan untuk arwah nenek moyang. Dolmen juga berfungsi sebagai pelinggih dikalangan masyarakat megalitikum yang telah maju serta digunakan sebagai tempat duduk oleh kepala suku atau raja-raja dan juga digunakan sebagai tempat untuk mengadakan pertemuan maupun upacara yang berhubungan dengan pemujaan arwah leluhur. 1. 1. Sarkofagus adalah tempat untuk meletakkan jenazah yang terbuat dari batu dan pada umumnya di dalam sarkofagus tersebut terdapat mayat dan bekal kubur seperti periu, kapak persegi dan benda-benda dari perunggu serta besi. Sarkofagus banyak ditemukan di Bali, karena menurut masyarakat sekitar sarkofagus memiliki kekuatan gaib dan berdasarkan pendapat para ahli bahwa sarkofagus dikenal oleh masyarakat Bali itu sejak zaman logam 1. 1. Waruga adalah kubur batu orang Minahasa yang terbuat dari batu dan terdiri atas 2 bagian, yaitu bagian atas berbentuk segitiga seperti atap rumah dan bagian bawah berbentuk kotak yang digunakan untuk meletakkan jenazah tersebut. Didalam peti pubur batu ini akan ditemukan berbagai macam jenis benda antara lain berupa tulang- tulang manusia, gigi manuisa, periuk tanah liat, benda- benda logam, pedang, tombak, manik- manik, gelang perunggu, piring dan lain- lain. Dari jumlah gigi yang pernah ditemukan didalam waruga, diduga peti kubur ini adalah merupakan wadah kubur untuk beberapa individu juga atau waruga bisa juga dijadikan kubur keluarga atau kubur komunal. Benda- benda periuk, perunggu, piring, manik- manik serta benda lain sengaja disertakan sebagai bekal kubur bagi orang yang akan meninggal. 1. 1. Punden berundak adalah bangunan yang tersusun bertingkat yang berfungsi untuk menyembah roh nenek moyang. Bangunan tersebut dianggap sebagai bangunan yang suci, dan lokasi tempat penemuannya adalah Lebak Sibedug/Banten Selatan dan Lereng Bukit yang di Jawa Timur, 1. Arca adalah patung yang berbentuk manusia atau binatang yang digambarkan adalah gajah, kerbau, harimau dan monyet. 1. Pada zaman megalitikum mata pencaharian masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya adalah dengan cara berburu dan meramu, setelah memasuki masa orde baru sekarang masyarakat tersebut sudah mulai memiliki mata pencaharian yaitu bercocok tanam. Jika dulu manusia di zaman ini disebut foodgathering yang artinya mengumpulkan makanan sendiri tetapi sekarang mereka sudah memasukin taraf foodproducing byang artinya sudah bisa menghasilkan makanan sendiri dengan cara bercocok tanam. Pada masa ini manusia mulai mengenal sumber alam dan mulai menguasainya, mereka mulai menanam tanaman dan juga berternak. Demi mendapatkan lahan untuk menanaman tanaman tersebut mereka harus membakar pepohonan yang ada di hutan, tanaman yang biasa mereka tanam adalah umbi-umbian. Jika lahan yang mereka tanami kondisinya kurang baik untuk digarap, maka mereka segera mencari lahan lain yang seridaknya dapat mereka garap dengan baik. Masyarakat megalitikum ini juga berternak hewan seperti kerbau, sapi, dan kuda. Hidup yang serba ketergantungan kepada alam ini membuat cara hidup mereka bergotong-royong, dalam melakukan persembahan/penyembahan kepada arwah leluhur maupun kekuatan alam, masyarakat ini melakukannya secara bersama-sama. Biasanya yang memimpin upacara ini adalah masyarakat yang usianya paling tua atau di tuakan oleh masyarakat yang bersangkutan. Pemimpin inilah yang mempunyai hak untuk menentukan kapan acara “sedekah bumi” dan upacara-upacara religius lainnya dilaksanakan. Pemimpin inilah yang juga dipercayai oleh masyarakat setempat dalam hal mengusir roh jahat, mengobati orang sakit, dan memberikan hukuman kepada warganya yang melanggar nilai atau hukum yang diberlakukan. Masyarakat di zaman batu ini percaya kepada nenek moyang yang pertama kali mendirikan kampung tempat tinggal mereka. Untuk menghormati arwah para nenek moyang tersebut maka masyarakat mendirikan menhir yang berupa tiang atau tugu dan mereka juga memberikan sesajen untuk arwah nenek moyang mereka dengan cara membuat dolmen. Disebut zaman batu besar karena di zaman ini menghasilkan benda peninggalan dalam bentuk monumental yang terbuat dari batu besar yang bahan dasarnya kasar. Kemudian peninggalan ini muncul pada akhir zaman Neolitikum tetapi berkembang pada zaman perunggu. Suku dayak dengan ras proto melayu dan bangsa deuteuro melayu (melayu muda) yang migrasi ke Indonesia dengan membawa kebudayaan dongson yang mempunyai keturunan Jawa, Bali, Bugis, Madur, dll. Telah ditemukan juga beberapa bukti bahwa telah terjadi pembaruan antara melayu monggoloide (proto melayu dengan deuteuro melayu) dan papua. Manusia di zaman batu besar ini sudah dapat membuat dan menghasilkan kebudayaan yang terbuat dari batu besar, berkembang dari zaman Neolitikum sampai zaman Perunggu, dan kepercayaan utamanya adalah animisme. Seberanya kepercayaan animisme ini juga masih banyak di anut oleh masyarakat yang hidup di zaman modern ini, mungkin ini adalah salah satu pengaruh yang disebarkan oleh masyarakat di zaman megalitikum. Di Indonesia ada beberapa etnik yang masih memiliki unsur-unsur batu besar yang dipertahankan hingga sekarang yaitu: Pasemah Pasemah terlekat di wilayah propinsi Sumatera Selatan yang terletak di kaki gunung Dempo. Peninggalan megalitikum di wilayh ini tersebar sebanyak 19 situs, bedasarkan penelirian yang dilakukan oleh Budi Wiyana (1996), dari balai Arkeologi Palembang, peninggalan megalitik di Pasemah mempunyai bentuk yang sangat unik, yaitu patung-patung yang dipahat begitu dinamis dan monumental, yang mencirikan kebebasan sang pemahat. Megalitik Pasemah adalah peninggalan tradisi budaya megalitik di daerah Pasemah (Sumatera Selatan). Megalitik di Pasemah muncul dengan bentuk yang unik, langka dan mempunyai unsur ke agungan yang berwujud dalam bentuk monumental. Simbol yang disampaikan oleh pemahat dan mempunyai pesa religius. Nias Dolmen adalah salah satu monumental yang digunakan untuk memperingati kematian seseorang di Nias (awal abd ke-20). Etnik Nias masih menerapkan beberapa elemen megalitik dalam kehidupannya, seperti lompat batu dan kubur batu yang sampai sekarang masih di perlihatkan. Batu besar juga digunakan sebagai tempat untuk memecahkan sebuah perselisihan. Sumba Etnik Sumba di Nusa Tenggara Timur juga masih kental dengan menerapkan beberapa elemen megalitik dalam kegiatan sehari-harinya. Kubur batu pun juga masih ditemukan di beberapa kampung di Sumba. Meja batu adalah salah satu benda yang digunakan sebagai tempat pertemuan adat. Dengan adanya penemuan sejumlah bangunan-bangunan bersejarah di zaman megalitikum ini membuktikan bahwa rakyat Sunda kuno cukup religius. Sebelum adanya pengaruh Hindu dan Budha masuk ke Pulau Jawa, masyarakat Sunda telah mengenal beberapa kepercayaan seperti percaya kepada leluhur, benda-benda angkasa (matahari, bulan, pohon, sungaim dan lain-lain) dan juga kepada alam. Kemudian masyarakat ini dikenalkan dengan teknik bercocok tanam dan beternak dan hal ini membuat masyarakat setempat percaya dengan kekuatan alam. Untuk mengungkapkan rasa bersyukur atas karunia yang telah diberikan oleh alam, mereka melakukan upacara ritual yang dipersembahkan untuk alam. Untuk itu, mereka percaya bahwa alam beserta isinya mempunyai kekuatan yang tak bisa dicapai oleh akal dan pikiran mereka. Untuk melaksanakan ritual atau upacara keagaman, masyarakat prasejarah berkumpul di komplek megalitik seperti punden berundak-undak, menhir, dolme, sarkofagus, dan lain-lain. Bagunan batu besar ini banyak sekali ditemukan di sepanjang wilayah Jawa Barat. Berdasarkan penemuan-penemuan arkeologis diketahui bahwa peradaban megalitikum lebih banyak berkaitan dengan tradisi memuja roh dan arwah nenek moyang. Bangunan-bangunan tersebut seperti menhir, dolmen, sarkofagus, dan lain-lain adalah salah satu bentuk fisik kepercayaan animisme dan dinamisme pada zaman prasejarah. Kepercayaan terhadap animisme ini berlangsung terus sampai sekarang dan mengalami proses evolusi yang sangat panjang. Dibeberapa suku bangsa di Indonesia kepercayaan tersebut masih ada walaupun dengan bentuk yang berbeda-beda. Uapacara tersebut biasanya dilakukan oleh sesorang yang memiliki keahlian khusus yang bisa menghubungkan dunia nyata dengan roh halus. Biasanya orang yang memiliki keahlian tersebut adalah seorang yang berprofesi sebagai dukun atau kuncen, bahkan banyak anggota masyarakat modern yang masih percaya dengan benda yang dimiliki oleh masing-masing personal seperti batu ali (cincin) yang diduga bisa membawa berkah dan zaman dulu mayoritas masyarakat setempat memiliki batu cincin tersebut, tak hanya zaman dahulu saja, sekarang pun yang zamannya modern masih ada orang yang percaya dengan benda-benda tersebut. Pemujaan terhadap arwah nenek moyang dari tradisi megalitik yang dilatar belakangi oleh pendapat bahwa nenek moyang yang meninggal dari zaman megalitikum itu masih hidup tetapi di dunia arwah, nah arwah tersebut pun diyakini masyarakat setempat telah bersemayam di tempat-tempat tertentu yang dianggap suci seperti contoh gunung-gunung yang tinggi. Dan hampir semua benda-benda dizaman megalitikum ini digunakan sebagai alat untuk mendekatkan diri kepada arwah nenek moyang, baik dalam tradisi megalitik prasejarah maupun tradisi megalitik yang masih berlanjut, megalitikum muncul untuk digunakan masyarakat yang hidup pada masa tersebut sebagai alat peribadatan atau penguburan. Dan dari hasil penelusuran, telah diketahui bahwa peninggalan zaman megalitikum ini tidak hanya berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan yang bersifat sakral/ banyak sekali peninggalan yang ada hubungannya dengan kebutuhan sehari-hari pun juga disebut sebagai peninggalam zaman megalitikum, contohnya ada batu tegak yang berfungsi sebagai batas perkampungan, lalu ada susunan batu-batu besar untuk persawahan, ada juga lumpang batu yang dipergunakan untuk menumbuk biji-bijian, dan lain-lain. Perkembangan Sosial, Ekonomi, dan Budaya Manusia Purba di Indonesia 1. MASA BERBURU DAN MERAMU (food gathering)/MENGUMPULKAN MAKANAN a) Kehidupan Sosial •Pada masyarakat food gathering, mereka sangat menggantungkan diri pada alam. Dimana daerah yang mereka tempati harus dapat memberikan persediaan yang cukup untuk kelangsungan hidup. Oleh karena itu mereka selalu berpindah-pindah. Sebab mereka hidup berpindah-pindah adalah sebagai berikut: a. Binatang buruan dan umbi-umbian semakin berkurang di tempat yang mereka diami. b. Musim kemarau menyebabkan binatang buruan berpindah tempat untuk mencari sumber air yang lebih baik. c. Mereka berusaha menemukan tempat dimana kebutuhan mereka tersedia lebih banyak dan mudah diperoleh. •Mereka masih hidup mengembara. Tempat tinggal sementara di gua-gua. Ada pula kelompok yang tinggal di daerah pantai •Mencari makanan berupa binatang buruan dan tumbuh-tumbuhan liar di tepi sungai atau danau. Mereka mencari kerang sebagai makanannya. •Mereka hidup dalam kelompok-kelompok kecil untuk memudahkan pergerakan dalam mengikuti binatang buruan/ mengumpulkan makanan. •Dalam kelompok-kelompok tersebut terdapat pembagian tugas kerja. Laki-laki pada umumnya melakukan perburuan. Sementara itu, para wanita mengumpulkan bahan makanan seperti buah-buahan dan merawat anak. Mereka yang memilih dan meramu makanan yang akan di makan. •Hubungan antar anggota sangat erat, mereka bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan hidup serta mempertahankan kelompok dari serangan kelompok lain ataupun dari binatang buas. •Populasi pertumbuhan penduduk sangat kecil karena situasi yang berat, dengan peralatan yang masih sanagat primitif membuat mereka tidak dapat selamat dari berbagai bahaya. b) Kehidupan Ekonomi Pada masa ini belum ada tanda-tanda adanya kehidupan ekonomi. Pada masa ini untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka bekerjasama dalam kelompok (10-15 orang) untuk berburu dan mengumpulkan makanan. Sehingga kebutuhan hidup mereka dapat dipenuhi dengan cara mengambil apa yang ada di alam. Ketika persediaan makanan di suatu daerah sudah habis maka mereka akan berpindah dan mencari daerah lain yang menyediakan kebutuhan hidup mereka. Memang pada akhir masa ini dapat diketahui bahwa asal kapak genggam dan alat-alat serpih serta alat-alat tulang berasal dari Asia. Namun belum ada bukti-bukti yang menunjukkan adanya tanda-tanda berupa alat penukar. c) Kehidupan Budaya Dengan peralatan yang masih sangat sederhana, mula-mula bisa membuat rakit, lama kelamaan mereka membuat perahu. Mereka belum mampu membuat gerabah, oleh karena itu, mereka belum mengenal cara memasak makanan, salah satunya yaitu dengan cara membakar. Mereka sudah mengenal perhiasan yang sanagat primitif yaitu dengan cara merangkai kulit-kulit kerang sebagai kalung. Untuk mencukupi kebutuhan hiudup mereka membuat alat-alat dari batu, tulang, dan kayu. Pada masa itu mereka memilih untuk tinggal di goa-goa. Dari tempat tersebut ditemukan peninggalan berupa alat-alat kehidupan yang digunakan pada masa itu, seperti: - Kapak perimbas, Kapak Penetak, Kapak genggam, Pahat genggam, Alat serpih, Alat-alat dari tulang, dll. d) Kepercayaan Pada saat itu masyarakat sudah mengenal kepercayaan pada tingkat awal. Mereka yakin bahwa ada hubungan antara orang yang sudah meninggal dan yang masih hidup. Mereka telah mengenal kepercayaan sistem penguburan sebagai bukti penghormatan terakhir kepada orang yang meninggal. Hal ini terbukti dengan didirikan kuburan sebagai bukti penghormatan terakhir pada orang yang meninggal Hal ini menunjukkan bahwa telah muncul kepercayaan pada masa berburu dan meramu. Dengan penguburan berarti telah muncul konsep kepercayaan tentang adanya hubungan antara orang yang sudah meninggal dengan yang masih hidup. Manusia purba di Indonesia pada masa ini diperkirakan sudah mengenal bahwa jenazah manusia itu harus dikubur. Kesadaraan akan adanya kekuatan gaib di luar perhitungan manusia. Itulah yang menjadi dasar kepercayaan. e) Teknologi Teknologi masa food gathering masih sangat rendah. Hampir semua alat-alat yang digunakan masih sangat sederhana sekedar untuk membantu pekerjaan mereka. 2. MASA BERCOCOK TANAM (food Producing) dan berternak a) Kehidupan Sosial ☼ Kehidupan bercocok tanamnya dikenal dengan berhuma, yaitu teknik bercocok tanam dengan cara membersihkan hutan dan menanaminya. Setelah tanah tidak subur maka mereka akan berpindah ke tempat lain yang masih subur dan melakukan hal yang sama seperti sebelumnya. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang. Pada perkembangannya mulai menetapkan kehidupan bercocok tanam pada tanah-tanah persawahan ☼ Telah tinggal menetap di suatu tempat, mereka tinggal di sekitar huma tersebut, dengan cara bercocok tanam dan memelihara hewan-hewan jenis tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa mereka telah hidup menetap Hal ini juga menunjukkan bahwa manusia telah dapat menguasai alam lingkungan. ☼ Dengan hidup menetap, merupakan titik awal dan perkembangan kehidupan manusia untuk mencapai kemajuan. Dengan hidup menetap, akal pikiran manusia mulai berkembang dan mengerti akan perubahan-perubahan hidup yang terjadi. ☼ Jumlah anggota kelompoknya semakin besar sehingga membuat kelompok-kelompok perkampungan, meskipun mereka masih sering berpindah-pindah tempat tinggal. ☼ Populasi penduduk meningkat. Usia rata-rata manusia masa ini 35 tahun. ☼ Muncul kegiatan kehidupan perkampungan, oleh karena itu di buat peraturan, untuk menjaga ketertiban kehidupan masyarakat. ☼ Diangkat seorang pemimpin yang berwibawa, kuat, dan disegani untuk mengatur para anggotanya. ☼ Mereka hidup bergotong royong, sehingga mereka saling melengkapi, saling membantu, dan saling berinteraksi dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya. b) Kehidupan Ekonomi ☺ Mereka telah mengenal sistem barter, dimana terjadi pertukaran barang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup mereka. Sistem barter merupakan langkah awal bagi munculnya sistem perdagangan/ sistem ekonomi dalam masyarakat. ☺ Hubungan antar anggota masyarakat semakin erat baik itu di lingkungan daerah tersebut maupun di luar daerah ☺ Sistem perdagangan semakin berkembang seiring dengan semakin berkembangnya kehidupan masyarakat. ☺ Untuk memperlancar diperlukan suatu tempat khusus bagi pertemuan antara pedagang dan pembeli yang pada perkembangannya disebut dengan pasar. Melalui pasar masyarakat dapat memenuhi sebuah kebutuhan hidupnya. c) Kehidupan Budaya ♫ Kebudayaan semakin berkembang pesat, manusia telah dapat mengembangkan dirinya untuk menciptakan kebudayaan yang lebih baik ♫ Peninggalan kebudayaan manusia pada masa bercocok tanam semakin banyak dan beragam, baik yang terbuat dari tanah liat, batu maupun tulang ♫ Hasil kebudayaan pada masa bercocok tanam: Beliung Persegi, Kapak Lonjong, Mata panah, Gerabah, Perhiasan, Bangunan Megalitikum seperti menhir, dolmen, sarkofagus, kubur batu, punden berundak, waruga, arca. d) Kepercayaan ♣ Pada masa ini kepercayaan masyarakat semakin bertambah, bahkan masyarakat juga mempunyai konsep tentang apa yang terjadi dengan seseorang yang telah meninggal ♣ Inti kepercayaannya, yaitu penghormatan dan pemujaan kepada roh nenek moyang sebagai suatu kepercayaan yang berkembang di seluruh dunia. ♣ Di Indonesia, kepercayaan dan pemujaan terhadap roh nenek moyang terlihat melalui peninggalan berupa tugu-tugu batu/ bangunan megalitikum yang letaknya di puncak bukit, di lereng gunung/ tempat yang lebih tinggi dari daratan sekitarnya. Hal ini muncul dari anggapan masyarakat bahwa roh-roh tersebut berada pada suatu tempat yang lebih tinggi. Terdapat peninggalan yang berhubungan dengan kepercayaan, yaitu terdapat kebudayaan batu besar seperti menhir, dolmen, sarkofagus, waruga, arca, serta punden berundak ♣ Kepercayaan masyarakat pada masa ini diwujudkan dalam berbagai upacara tradisi Megalitikum/upacara-upacara keagamaan, persembahan kepada dewa dan upacara penguburan mayat yang dibekali dengan benda milik pribadi ke kuburnya. ♣ Terdapat kepala suku yang memiliki kekuasaan dan tanggungjawab penuh terhadap kelompok sukunya. Seorang kepala suku dapat mengatur dan melindungi kelompok sukunya dari segala bentuk ancaman seperti, ancaman dari binatang buas, ancaman dari kelompok lainnya, ancaman dari wabah penyakit. Roh nenek moyang selau mengawasi kelompok masyarakatnya. Kepala suku berhak mengambil keputusan apapun. ♣ Wujud kepercayaan pada masa ini tampak dengan telah dihasilkan bangunan megalit, seperti menhir, dolmen, keranda, kubur batu, dll. Adanya bangunan megalit menunjukkan bahwa pemujaan roh nenek moyang mempunyai tempat penting dalam kehidupan rohani pada masa itu. Pada masa itu telah ada pula upacara yang berkaitan erat dengan kepercayaan atau agama. e) Teknologi Pada masa bercocok tanam, kebudayaan orang-orang purba mengalami perkembangan yang luar biasa. Pada masa ini terjadi revolusi secara besar-besaran dalam peradaban manusia yaitu dari kehidupan food gathering menjadi food producing. Sehingga terjadi perubahan yang sangat mendalam dan meluas dalam seluruh penghidupan umat manusia. 3. MASA PERTANIAN Ketika ditemukan tanaman padi maka sistem pertanian menjadi semakin meningkat dan berkembang menjadi sistem persawahan. Mereka juga mulai memelihara binatang ternak untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. a) Kehidupan Sosial Bertani adalah mata pencahariannya. Mulai membudidayaakan tanaman dan hewan peliharaan tertentu seperti membudidayakan tanaman padi dan memelihara kerbau sebagai hewan ternak Mereka sudah berladang/ bersawah, dalam bekerja mereka melakukan secara bersama-bersama/ secara gotong-royong. Dengan alat pendukung kapak perunggu yang berfungsi sebagai pacul. Untuk mengisi waktu menunggu musim panen tiba mereka membuat anyaman dari bambu/ rotan Mendiami tempat-tempat kecil dengan tujuan untuk menghindari serangan binatang buas Mulai mendirikan rumah sebagai tempat berteduh dengan cara bergotong-royong yang disertai dengan upacara tradisional. Mulai menetap dalam waktu yang cukup lama. Mereka sudah mengenal pertukangan dengan alat pendukung berupa kapak beliung yang berfungsi sebagai alat pemotong kayu. Dengan alat-alat tersebut digunakan untuk mendirikan rumah dengan cara gotong-royong pula. Muncul ikatan sosial antara masyarakat dan keluarga Muncul struktur kepemimpinan di kampung Mulai digunakan bahasa sebagai alat komunikasi Mereka telah memiliki aturan dalam kehidupan masyarakat guna ketertiban dan rapinya kerjasama dengan cara pembagian kerja Mereka memiliki kebiasaan untuk menyelenggarakan upacara secara tertur yang melibatkan orang lain. b) Kehidupan Ekonomi Memiliki tingkat kemakmuran yang tinggi, diketahui dari perkembangan teknik pertanian Muncul kegiatan ekonomi dengan sistem barter Masyarakat sudah mengenal kegiatan ekonomi sebab pada masa itu sudah ada semacam tempat produksi alat-alat seperti kapak batu. Hal ini diketahui dari adanya penemuan bilah-bilah batu yang belum di asah halus dalam jumlah besar di suatu tempat yang diperkirakan sebagai tempat bahan kapak batu. Selain itu ditemukan pula kapak-kapak yang sudah jadi. Jika ada tempat untuk memproduksi berarti pada waktu itu telah ada konsumen yang membeli. Selain itu ditemukan kulit-kulit kerang yang diprediksikan sebagai alat penukar (mata uang). c) Kehidupan Budaya Mereka sudah menetap, dan tinggal di rumah-rumah, membentuk perkampungan dan hidup sebagai petani. Mereka telah mengenal musim sehingga dapat dipastikan mereka telah menguasai ilmu perbintangan (ilmu falak). Mereka telah menggunakan alat-alat kehidupan yang halus seperti kapak persegi, dan kapak lonjong, selain itu juga menggunakan kapak perunggu, nekara, gerabah serta benda-benda megalitik. Alat-alat yang dibuat dari batu, seperti kapak batu halus dengan beragai ukuran kapak batu dengan ukuran kecil yang indah digunakan sebagai mas kawin, alat penukar, atau alat upacara. Kapak-kapak dari logam berupa perunggu memunculkan budaya megalitik berupa menhir, dolmen, punden berundak, pandhusa, dll. Alat-alat yang dibuat dari tanah liat sangat berhubungan erat dengan adanya proses kimia, yaitu proses pencampuran tanah liat, penjemuran, dan teknik-teknik pembakarannya. Gerabah sudah dibuat dengan warna-warni dan dengan hiasan yang beraneka ragam. Seperti hiasan dari anyaman kain yang menunjukkan bahwa nenek moyang kita sudah mengenal tulisan. 4. MASA PERUNDAGIAN a) Kehidupan Sosial Jumlah penduduk semakin bertambah. Kepadatan penduduk bertambah, pertanian dan peternakan semakin maju, mereka memiliki pengalaman dalam bertani dan berternak mereka mengenal cara bercocok tanam yang sederhana. Mereka memiliki pengetahuan tentang gejala alam dan musim, mereka mulai dapat memperkirakan peristiwa alam dan memperhitungkan musim tanam dan musim panen. Dengan diterapkan sistem persawahan maka pembagian waktu dan kerja semakin diketatkan. Dalam masyarakat muncul golongan undagi, mereka merupakan golongan yang terampil untuk melakukan perkerjaan seperti pembuatan rumah kayu, gerobak, maupun benda logam. Pertanian tetap menjadi usaha utama masyarakat. Dari segi sosial, kehidupan masyarakat zaman ini semakin teratur. Contohnya : ada pembagian kerja yang baik berdasarkan kemampuan yang dimiliki masing-masing individu. Pembagian kerja semakin komplek dimana perempuan tidak hanya bekerja di rumah tetapi juga berdagang di pasar. b) Kehidupan Ekonomi Dari segi ekonomi, pada masa ini telah terjadi perdagangan dengan cara tukar menukar/ barter dimana perdagangan tersebut dilakukan dengan menggunakan perahu bercadik. Perdagangan tersebut berlangsung di kawasan Asia Tenggara bahkan sampai ke India. Hal ini terbukti dengan masuknya pengaruh India ke Indonesia. c) Kehidupan Budaya Masyarakat zaman ini telah menunjukkan tingkat budaya yang tinggi terlihat dari berbagai bentuk benda seni dan upacara yang ditemukan menunjukkan keterampilan masyarakat perundagian yang tinggi Zaman ini ditandai dengan pesatnya kemampuan membuat alat-alat akibat perkembangan teknologi. Mereka menemukan teknologi peleburan biji logam. Oleh karena itu, semakin banyak manusia yang menggunakan logam untuk memenuhi perkakas hidupnya. Pada zaman perunggu, orang dapat memperoleh jenis logam yang lebih keras daripada tembaga, sebab perunggu merupakan logam campuran dari tembaga dan timah. Sehingga dapat dikatakan bahwa kebudayaan manusia pada zaman ini jauh lebih tinggi. Terbukti masyarakatnya sudah mengenal teknologi peleburan dan pencampuran logam. Pada zaman besi, manusia telah menemukan logam yang jauh lebih keras lagi dimana harus dileburkan pada titik lebur yang cukup tinggi. Sehingga alat-alat pada zaman ini telah lebih sempurna daripada sebelumnya. Kemampuan membuat benda-benada jauh lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan masa sebelumnya. Teknologi peleburan logam yang digunakan adalah dengan sistem pemanasan, pencetakan logam, pencampuran logam dan penempaan logam. Pada zaman Perundagian peralatan gerabah masih ditemukan dengan teknologi yang semakin maju. Hal ini menunjukkan bahwa peranan alat-alat dari gerabah tersebut tidak dapat digantikan dengan mudah oleh alat-alat dari dari logam. d) Kepercayaan Keberhasilan segala usaha dianggap tergantung pada kekuatan supranatural oleh karena itu setiap usaha harus dimulai dengan upacara khusus untuk mendapatkan restu dari nenek moyang. Dalam seni lukisan semakin menggambarkan kehidupan beragama yang menetap. Lukisan tersebut dimaksudkan untuk memuja roh nenek moyang. Kepercayaan terhadap roh nenek moyang tersebut disertai dengan upacara-upacara tertentu. Pada masa ini golongan ulama memiliki kedudukan yang penting dalam masyarakat, sebab mereka adalah orang yang menghubungkan antara dunia dengan kekeuatan gaib e) Teknologi ☺ Teknologi dapat dilihat dari pembuatan alat-alat pada masa itu. Terlebih lagi teknologi tersebut terlihat pada masa penggunaan alat-alat dari logam. Hal ini disebabkan karena teknik yang digunakan untuk membuat alat-alat dari logam tersebut diadopsi dari teknik membuat logam di daratan Cina. ☺ Logam digunakan sebab penggunaan alat bercocok tanam dari logam lebih efisien selain itu memiliki nilai artistik yang lebih tinggi jika dibandingkan alat-alat dari batu. ☺ Zaman logam disebut juga zaman perundagian dimana masyarakat telah mampu membuat peralatan dengan teknologi sederhana dengan bahan baku logam. ☺ Teknik yang digunakan pada masa itu adalah teknik a cire perdue. Caranya sebagai berikut : 1. Benda yang hendak dibuat, terlebih dulu dibuat dari lilin lengkap dengan segala bagiannya. 2. Model lilin tersebut kemudian ditutup dengan tanah 3. Dengan cara dipanaskan maka tanah tersebut akan menjadi keras, sedangkan lilinnya akan cair dan mengalir keluar dari lubang yang ada dalam selubung 4. Jika lilin telah habis maka logam cair dapat dituang ke tempat lilin tadi 5. Setelah dingin, selubung tanah dipecah dan jadilah benda yang kita kehendakai yang terbuat dari logam. B. PERKEMBANGAN TEKNOLOGI DAN KEBUDAYAAN MASYARAKAT INDONESIA Teknologi ialah usaha-usaha manusia dengan berbagai cara untuk mengubah keadaan alam sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Perkembangan teknologi dapat dilihat dari kebudayaan yang berkembang waktu itu. Kebudayaan merupakan hasil pemikiran manusia yang dilakukan secara sadar yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya Kebudayaan Ngandong dan Pacitan merupakan kebudayaan Palaeolitik tertua di Indonesia. Kebudayaan Pacitan Tahun 1935 di daerah Pacitan, Von Koeningswald dan Tweediemenemukan alat yang terbuat dari batu. Alat-alat tersebut oleh Movius diklasifikasikan menjadi kapak perimbas, kapak penetak, pahat genggam, kapak genggam, alat serpih, dsb. Karena pada umumnya penggunaannya dengan cara digenggam maka diberi nama kapak genggam (chopper). Cara pembuatannya masih kasar karena sekedar mencukupi keperluan saja.Pithecanthropus Erectus merupakan manusia purba pendukungkebudayaan Pacitan. Karena awalnya ditemukan di Pacitan maka disebut kebudayaan Pacitan. Kesimpulan bahwa disebut kebudayaan Pacitan diperoleh setelah membandingkan dengan penemuan fosil Pithecantropus Pekinensis di Gua Choukoutien oleh Davidson Black. Dimana manusia purba tersebut ditemukan beserta alat kebudayaannya yang mirip dengan alat kebudayaan Pacitan. Selain di Pacitan alat-alat berupa kapak genggam ditemukan di Parigi, Gombong, Sukabumi dan Lahat.. Kebudayaan Ngandong Alat-alat dari tulang dan kapak genggam yang ditemukan di daerah Ngandong (sebelah utara, Madiun) oleh Von Koenigswald tahun 1934 dinamakan Kebudayaan Ngandong. Yang termasuk kebudayaan Ngandong ialah yang ditemukan di Sangiran, yang dinamakan alat-alat serpih, berfungsi sebagai pisau, belati atau alat penusuk. Alat serpih juga ditemukan di daerah Sulawesi Selatan, Flores, dan Timor. Di Ngandong dan Sidorejo (Ngawi) ditemukan alat-alat terbuat dari tulang, tanduk dan kapak genggam dari batu. Alat dari tulang berfungsi sebagai alat tusuk (belati). Alat dari tanduk digunakan untuk mengorek ubi dari dalam tanah. Selain itu, ditemukan alat-alat seperti tombak yang berfungsi untuk menangkap ikan. Pithecanthropus Soloensis dan Homo Wajakensis merupakan manusia purba yang menghasilkan kebudayaan Ngandong hidup pada zaman Pleistosein atas. Kebudayaan Tulang di Sampung Van Stein Callenfels pada tahun 1928 sampai 1931 mengadakan penelitian di gua Lawa dekat Sampung (daerah Ponorogo). Sebagian besar alat-alat yang ditemukan terdiri atas alat-alat tulang. Sehingga kebudayaan tersebut dinamakan Sampung Bone-Culture. C. KEPERCAYAAN MASYARAKAT PRASEJARAH DI INDONESIA Ada 2 sistem kepercayaan pokok yang berkembang pada masyarakat prasejarah Indonesia, yaitu: a. Animisme, adalah kepercayaan kepada roh yang mendiami semua benda termasuk pohon, batu, sungai, dan gunung. b. Dinamisme, ialah kepercayaan bahwa segala sesuatu mempunyai tenaga atau kekuatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan/ kegagalan manusia untuk mempertahankan hidup. Selain kedua sistem kepercayaan tersebut masih ada yang lain, yaitu: a. Fetisisme, adalah kepercayaan adanya jiwa dalam benda tertentu (dalam keris, batu mulia/akik) b. Animatisme, ialah kepercayaan bahwa benda-benda dan tumbuhan itu berjiwa dan berpikir seperti manusia c. Totemisme, yaitu kepercayaan kepada binatang sebagai totem/ lambang dari dewa nenek moyang baik berupa binatang maupun benda. d. Syaminisme, adalah kepercayaan akan adanya orang yang dapat menghubungkan manusia dengan roh. Peralatan penunjang upacara salah satunya Dolmen, yaitu batu yang berbentuk meja dan digunakan sebagai tempat persembahan bagi roh nenek moyang serta mempunyai kekuatan tertinggi yang melindungi mereka. Perkembangan kepercayaan Masyarakat a. Kepercayaan terhadap Nenek Moyang •Sistem kepercayaan pada masyarakat Indonesia sudah ada sejak masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan. Pada masa itu sudah mengenal adanya penghormatan terhadap orang yang sudah meninggal dengan cara menguburkan orang yang sudah meniggal di goa-goa. •Adanya pandangan,hidup tidak akan berhenti setelah orang meninggal. Orang yang meninggal akan pergi ke suara tempat yang lebih baik. Orang yang sudah meninggal masih dapat dihubungi oleh orang yang masih hidup di dunia ini demikian pula sebaliknya. Jika yang meninggal orang yang berpengaruh maka diusahakan akan selalu ada hubungan untuk dimintai nasehat/ perlindungan bila ada kesulitan dalam kehidupan di dunia. •Pada masa bercocok tanam ini ditemukan pula bangunan-bangunan megalitikum yang berfungsi sebagai tempat pemujaan/ penghormatan kepada roh nenek moyang. Mereka telah menghormati orang yang sudah meninggal. •Ditemukan pula bekal kubur, sebab sebagai bekal untuk menuju ke alam lain. Masyarakat Indonesia telah memberikan penghormatan dan pemujaan kepada roh nenek moyang. b. Kepercayaan Animisme Muncul kepercayaan yang bersifat Animisme, yaitu suatu kepercayaan masyarakat terhadap suatu benda yang dianggap memiliki roh/ jiwa. Munculnya kepercayaan yang bersifat animisme didasari oleh adanya berbagai pengalaman dari masyarakat yang bersangkutan. Selain itu, adanya kepercayaan di tengah masyarakat terhadap benda-benda pusaka yang dipandang memiliki roh/ jiwa. Contoh: tombak, keris, dan benda-benda pusaka lainnya. Dapat pula bangunan gedung tua, pohon besar, dsb. c. Kepercayaan Dinamisme Dinamisme merupakan kepercayaan bahwa setiap benda memiliki kekuatan gaib. Sejak bercocok tanam berkembang kepercayaan dinamisme. Kepercayaan ini timbul didasari oleh pengalaman dari masyarakat yang bersangkutan yang terus berkembang secara turun temurun dari generasi ke generasi hingga sekarang. Seperti keris/ tombak, dipandang memiliki kekuatan gaib untuk memohon turunnya hujan, apabila keris itu ditancapkan dengan ujung menghadap ke atas akan dapat menurunkan hujan. d. Kepercayaan Monoisme Kepercayaan Monoisme merupakan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kepercayaan ini berdasarkan pengalaman-pengalaman dari masyarakat. Pola pikir manusia berkembang. Manusia mulai berpikir tentang apa yang dialaminya. Pertanyaan yang muncul hingga pada kesimpulan bahwa di luar dirinya ada suatu kekuatan yang makin besar dan yang tidak ditandingi oleh kekuatan manusia. Kekuatan itu adalah kekuatan dari Tuhan Yang Maha Esa. Manusia percaya bahwa Tuhan Yang Maha Esa adalah pencipta alam semesta beserta isinya. Oleh karena itu, manusia wajib melestarikan alam semesta agar dapat memenuhi kebutuhan hidupannya, atau menjaga keseimbangan alam semesta agar dapat menjadi tumpuan hidup manusia.

0 komentar:

Posting Komentar